Humanisme Ajaran Agama Pada Masyarakat Majemuk
Sumbartodaynews – Keresahan terhadap pemeluk agama yang tidak memahami ajarannya dengan benar berakibat pada lahirnya stigma negatif pada agama. Kehadiran agama sejak munculnya ialah untuk membenahi serta memberi kebenaran bukan justru sebaliknya. Paradigma yang berkembang di masyarakat ialah, apabila telah taat pada ajaran agama bisa dipastikan pelakunya kolot, tertutup dan tidak memahami problematika masa depan. Hal tersebut juga tidak bisa disalahkan karena ulah sebagian kelompok yang melakukan demikian karena terlihat di pandangan umum demikian adanya. Satu hal yang perlu di garis bawahi adalah agama menjadi satu acuan manusia untuk bertahan dan mengatur masa depan sesuai perkembangan zaman berdasarkan prinsip keadilan dan keberadaban. Semua tindakan yang dilakukan oleh mereka yang taat beragama disorot tajam oleh masyarakat seolah hal itu sangat keji dan tidakmencerminkan amalannya. Penghakiman yang sepihak sering kali membuat putus asa dan hilang arah para pemula yang akan berjuang taat pada ajaran agamanya.
Korelasi taat pada ajaran yang ia yakini dengan implementasi kesehariannya seharusnya seimbang dan sangat terlihat, namun ini bukan menjadi dasar bisa mengatakan ajaran agama atau pemeluknya salah secara keseluruhan. Pengkotak-kotakan masyarakat pada pemeluk agama tertentu menjadikan esensi bermasyarakat tidak lagi ditemukan. Semangat bersatu dan memajukan lingkungan yang dihuni bersama seolah hambar karena citra buruk pada polarisasi yang telah tertanam kuat. Konsekuensi yang harus diterima dari penyatuan masyrakat secara agama,suku, budaya ,pandangan politik, pendidikan dan lain lain merupakan inkrah yang harusnya menjadi kekuatan untuk hadirnya inovasi dan pemikiran cemerlang dalam merancang pembangunan berkelanjutan.
Nilai-nilai sakral dan visioner dalam agama secara halus bisa ditafsirkan untuk membuat keteraturan hidup masyarakat. Bila dijalankan sesuai ajaran yang difahami masing-masing maka akan sangat terasa kebersamaan yang selalu di kampanyekan. Bukan waktunya lagi saat ini bermusuhan atau saling memojokkan kelompok tertentu, hal itu justru membuat kemajuan hanya mimpi yang tidak akan terealisasi. Doktrin ekstrimis atau radikal yang digencarkan sebagian kelompok tertentu harus di lawan dengan logika sederhana “jalan damai bukan dengan ekstrimis namun dengan bersatu dan maju bersama”. Ringan saja membasmi pikiran negative yang mengarahkan pada perbuatan menyimpang atau bahkan melawan negara dengan senjata. Bila semua hal yang salah dikritik dengan hal demikian maka umur kedamaian hanya sepersekian detik.
Keharusan Berpikir Sehat Pada Ajaran Agama
Dalam berbagai hal agama mempunyai tuntunan agar terciptanya umat yang sampai pada kemaslahatan hidup dan kebenaran logika. Masalahnya yang terjadi penafsiran agama yang salah seolah tindakan anarkhis dibenarkan atas nama membela kebenaran. Jika semua orang berpikiran demikian maka hancurnya dunia tinggal di depan mata. Konsep kedamaian amat sangat dinjunjung tinggi dalam berbagai diskursus pemikiran masyarakat majemuk, namun memang ternyata tindakan mengadu domba mmbawa kuntungan sendiri bagi sebagian pihak.
Pada kelompok tertentu terdapat ajakan atau perintah untuk membuat kegaduhan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Kasus kasus yang terjadi belakangan ternyata memang doktrinisasi untuk membuat perpecahan itu ada dan sulit terlacak penyebarannya. Upaya untuk memframing agama yang penuh dengan ajaran kebencian dan bertolak belakang dengan kemajuan seolah terbantahkan dengan sikap halus dan lembutnya para pemeluk agama yang menebarkan kasih sayang dan toleran. Kedisiplinan berpikir harus menjadi dasar bahwa hitam dan putih tidak akan pernah bersatu bahwa agama dan tindakan amoral akan terus berlawanan yang sudah pasti tidak satupun agama yang membenarkan perbuatan mencelakakan umat manusia. Perihal tafsir dalam dalil-dalil agama itulah yang gagal difahami dan seolah acuan bagi pihak yang punya kepentingan tertentu demi ambisi nya semata.
Dunia saat ini gencar hadir temuan baru yang akan mengenyampingkan peran manusia terlebih keamajuan berpikir sudah menjadi rencana kehidupan mendatang. Satu hal yang tidak mampu digantikan oleh peran teknologi yakni kesehatan rohani yang mempunyai andil besar dalam mengendalikan kondisi kejiwaan dan kelurusan berpikir setiap keputusan manusia. Tergambar dengan jelas di berbagai media betapa mengenaskan kondisi kejiwaan manusia yang hidup dengan bergelimang harta dan penuh dengan kemewahan namun tidak diisi dengan nilai spiritual yang kuat akan menjadikan pelakunya bertindak ganas tanpa memperdulikan orang lain. Peran agama yang mengisi ruang hampa yang apabila tidak terpenuhi akan membuat kejenuhan dan pola kehidupan yang tidak teratur bagai para hewan ternak yang tidak punya majikan. Bukan hal berlebihan jika hal tersebut diungkapkan karena telah terjadi diberbagai negara baian AS pendudik dengan kemewahan yang luar biasa namun tidak ada peran agama yang mengarahkan kehidupan mereka.
Ketimpangan Sosial Menjadi Penghambat
Dalam berbagai kasus yang terjadi peran agama tidak tercermin dalam kehidupan masyarakatnya karena pola kehidupan yang tidak tumbuh. Pola yang sehat dalam kemajuan masyarakat ialah saling memberikan andil atau perubahan yang mana ini merupakan esensi bermasyarakat. Pemukiman di daerah yang kumuh banyak terjadi pola yang di maksud, hal ini karena ruang yang terbatas dan tidak hadirnya kepedulian sosial pada masyarakatnya. Berbagai kasus yang terjadi merupakan implikasi dari kompleksitas masalah pribadi dan keluarga hingga berakhir dengan tindakan kejahatan. Kehadiran para tokoh yang membawa pesan agama yang merubah pola pr dan mengisi ruang kejiwaan mereka hanya bertahan pada sebatas pendengaran saja, jalan keluar pada masalah yang mereka alami tidak kunjung ada dan mencari solusi alternative dengan cara apapun adalah cara mereka. Kondisi yang serba tidak menyenangkan ini adalah berawal dari masalah pribadi dan berkumpul dalam suatu masyarakat hingga menjadi masalah umum. Pesan agama yang begitu damai tidak akan mungkin membuat perubahan yang signifikan jika tidak hadir berbagai pihak yang punya kewenangan untuk menyelesaikan masalah tersebut mengingat masalah kecil bila tidak diselesaikan akan membuat implikasi baru di kemudian hari.
Budaya Masyarakat yang Turun Temurun
Dalam penyebaran agama yang mula-mula di bawa ke nusantara dari mulai agama hindu, Buddha, islam, krristiani, khonghucu dan lain sebagainya terdapat kesempatan masyarakat untuk tetap menjalankan budaya yang tidak bertentangan atau tidak ada indikasi membuat kerusuhan dan kejahatan. Hal hal yang masih ada nilai kebaikan adalah hal yang tetap dipertahankan dengan memperhatikan bagian yang memuja selain tuhan yang disembah. Esensi yang barangkali gagal difahami oleh sebagian pihak yang menganggap budaya kita bertentangan dengan ajaran agama dan harus segera dihilangkan dari kebiasaan masyarakat. Mereka hanya memandang dari luar dan bahkan sama sekali tidak pernah mengkaji dan meminta penjekasan bahwa dibalik itu dahulu kala tidak satpun pemabwa agama yang meniadakan hal demikian. Pendangkalan logika yang akhir-akhir ini terjadi hanya kan membuat gesekan baru bila tidak di luruskan secara baik, pasalnya kita berada pada kehidupan masyarakat yang kaya akan budaya dan akan sangat mengkhawatirkan bila logika-logika yang terkesan merendahkan budaya terus dipertahankan. Makna yang dalam dan luas tentang kehidupan serta penafsiran lebih konkrit yang bersentuhan langsung dengan nilai luhur bangsa di ajarkan melalui budaya, peran agama yang mengarahkan kesemua hal tersebut bersinggungan dengan kekuasaan tuhan yang maha perkasa. Dijadikan manusia berekspresi membuat kehidupan penuh dengan hal keindahan sesuai selera masyarakat yang ada dan tidak ada larangan selagi tidak ada merugikan pihak manapun.
Oleh : Sabarnuddin (Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Padang)