Isu Gender Dalam Interaksi Virtual Minang

0

Isu Gender Dalam Interaksi Virtual Minang

Sumbartodaynews  – Orasi ilmiah adalah salah satu cara menyampaikan pesan secara lisan kepada orang banyak. Biasanya orasi ilmiah  disematkan pada sesi akhir saat kegiatan akademik perguruan tinggi seperti wisuda, pesan yang di sampaikan cukup beragam, bisa berupa pikiran, gagasan, ataupun pendapat.

Dalam satu kesempatan saat prosesi wisuda ke 72 Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat, Erlinda Syam, SS., M.Hum., Ph.D, menyampaikan gagasan, pendapat, ataupun pikirannya melalui orasi ilmiah dengan tema “Gender Issues In Minang Virtual Interaction”.

Melalui investigasinya terhadap isu gender dalam interaksi virtual orang Minang, Erlinda Syam  menarik kesimpulan telah terjadi beberapa modifikasi budaya dalam dinamikan gender masyarakat Minangkabau saat ini. Salah satu indikasinya adalah dengan ditemukan palanta-palanta virtual di media sosial FaceBook, palanta virtual adalah bentuk adaptasi dari konsep “ota lapau”.

Ota lapau sendiri adalah penamaan sederhana dari kebiasaan laki-laki di ranah Minang dalam berargumen yang mereka lakukan di warung (Lapau). Berbeda dari ota lapau konvensional, palanta virtual juga di ikuti dan menerima partisipan perempuan, dimana hal ini tidak akan ditemukan dalam konsep lapau original.

Keberadaan partisipan perempuan mendorong terjadinya modifikasi dalam tata tertip lapau, sebab salah satu fitrah perempuan adalah cenderung menghindari konflik atau debat. Sehingga konsep lapau original yang tidak mengenal batasan topik diskusi di modifikasi dengan menerapkan pembatasan dalam bertutur kata hingga batasan lain yang diangap perlu.

Memang keleluasaan yang di miliki laki-laki Minang dalam komunikasi publik sudah terjadi dalam kurun waktu  yang sangat lama, hal ini menyebabkan laki-laki di Minangkabau memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dibandingkan perempuan Minang untuk berbicara di forum terbuka.

Menurut data, 70% interaksi dalam palanta virtual di dominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan hanya 27% saja. Hal ini menjadi masuk akal karena selama ini perempuan Minang mendapatkan tempat yang leluasa untuk komunikasi pada sektor domestik atau pada forum yang pesertanya hanya perempuan. Perkembangan teknologi komunikasi, memberi tempat pada perempuan Minang untuk terlibat pada forum publik yang sebelumnya menjadi forum ekslusif laki-laki Minang.

Satu pesan penting yang perlu kita ingat di era digital media, perkembangan teknologi informasi komunikasi tidak akan bisa kita tolak, kita tidak bisa bersikap menolak perkembangan zaman, satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan menyesuaikan diri terhadap cepatnya perubahan dunia tanpa menghilangkan ciri khas budaya Minangkabau.

Erlinda Syam, SS., M.Hum., Ph.D adalah Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Frans Fradinen

***

Klik Disini Untuk Bergabung Bersama Fanpage SUMBARTODAYNEWS Agar Tidak Ketinggalan Berita Dan Informasi Terbaru Daerah, Nasional, Dan Internasional.

Klik Disini Untuk Mengikuti Grup SUMBARTODAYNEWS Untuk Selalu Update Berita Dan Informasi Terbaru Daerah, Nasional, Dan Internasional

Klik Disini Untuk Mengikuti Twitter SUMBARTODAYNEWS Untuk Mendapatkan Berita Dan Informasi Terbaru Daerah, Nasional, Dan Internasional

***

Bagikan

Tinggalkan Balasan